Category Archives: Pendidikan

Dokter Kecil Diharapkan Jadi Agen Perubahan Kesehatan

Dokter kecil merupakan anak sekolah dasar yang dipilih untuk aktif menangani masalah kesehatan di sekolah. Karenanya diharapkan dokter kecil ini bisa menjadi agen perubahan dalam hal kesehatan.

“Dokter kecil ini bisa menjadi pengenalan dini pada anak-anak dan merangsangnya untuk menularkan kebiasaan pola hidup sehat ke teman-teman dan keluarganya,” ujar Dr Prijo Sidipraptomo, SpRad(K) selaku Ketua PB IDI (Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia) dalam acara Kolaborasi Lifebouy-IDI: Dokter Kecil Menjadi Agen Perubahan Cilik untuk Kebiasaan Hidup Sehat di SDN Karet 01 Jakarta, Rabu (20/7/2011).

Dokter kecil ini dibentuk sebagai upaya strategis meningkatkan derajat kesehatan siswa usia sekolah dasar melalui pendekatan kelompok teman sebaya, sehingga bisa menjadi penggerak untuk hidup bersih dan sehat baik di lingkungan sekolah, keluarga maupun masyarakat.

UNICEF sendiri telah mengakui bahwa dokter kecil terbukti bisa menjadi agen perubah dalam menggerakkan budaya hidup sehat di komunitas sekelilingnya. Sedangkan di rumah, dokter kecil bisa menyampaikan pesan kesehatan seperti kepada orangtua.

Kegiatan yang biasa dilakukan dokter kecil antara lain aktif di Unit Kesehatan Sekolah (UKS), memberi contoh Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), seperti cuci tangan pakai sabun (CTPS), buang sampah pada tempatnya dan selalu menjaga kebersihan lingkungan sekolah.

Selain itu, dokter kecil juga aktif melakukan pemeriksaan kesehatan rutin bagi teman-temannya di sekolah, seperti pemeriksaan tinggi badan, berat badan, dan kesehatan mata, yang hasilnya kemudian akan dilaporkan kepada guru dan wali murid.

Saat ini masih ada 2 masalah kesehatan yang biasa terjadi pada anak sekolah dasar yaitu cacingan dan diare, padahal penyakit ini bisa dicegah dengan kebiasaan sehat. Karenanya dengan adanya dokter kecil diharapkan ia bisa menularkan perilaku sehat seperti cuci tangan menggunakan sabun untuk teman-teman sebayanya.

“Jika angka kesakitan pada anak dan balita bisa berkurang, maka angka kematian anak dan balita juga akan menurun dan bsia mencapai MDGs (Millenium Development Goals),” ujar dr Fauzy Masjhur, MKes.

dr Fauzy menuturkan angka diare pada anak-anak di Indonesia masih cukup tinggi, penyakit ini terutama terjadi di daerah dengan tingkat kesehatan yang rendah, seperti tidak ada sumber air yang bersih dan lingkungan yang kotor.

“Dengan menjadi dokter kecil, maka ia akan tahu rumah dan lingkungan yang sehat itu seperti apa,” ujar dr Fauzy yang juga menjabat sebagai Ketua Panitia Pelaksana Nasional Hari Bakti Dokter Indonesia (HBDI).

sumber : http://www.detikhealth.com/read/2011/07/20/162456/1685427/764/dokter-kecil-diharapkan-jadi-agen-perubahan-kesehatan

Mendidik Anak Agar Tidak Boros

Di era konsumerisme seperti saat ini membuat banyak anak minta dibelikan banyak hal dari orangtuanya. Agar anak bisa mengikuti perkembangan zaman, tak sedikit orangtua yang sering memanjakan anak-anak dengan barang-barang mahal. Masalahnya, kebiasaan itu bisa membuat buah hati tumbuh menjadi anak boros. Yang perlu orangtua lakukan adalah mengajarkan anak berhemat sejak dini. Bingung bagaimana mengajarkan mereka? Ikuti trik-trik berikut seperti yang telah dilansir oleh laman Yahoo! Shine.

1. Ajak mereka menyusun keuangan keluarga Menyusun keuangan rumah tangga memang membosankan apalagi untuk anak kecil yang belum mengetahui apa pun terkait masalah keuangan. Namun, aktivitas ini dapat membuat mereka mengerti keperluan apa saja yang menghabiskan uang orangtuanya. Ketika mereka melihat tidak ada sisa dari pendapatan orangtua, mereka akan berhenti merengek untuk sesuatu yang tidak mereka miliki.

2. Biarkan mengatur keuangan mereka Anda dapat memberikan anak uang saku sebulan sekali dan memasukkannya ke dalam rekening tabungan di bank atas nama mereka. Biarkan mereka mengaturnya sendiri. Namun, katakan pada mereka bahwa Anda tidak akan memberikan uang saku tambahan jika uang saku per bulan mereka habis. Katakan juga jika mereka ingin membeli barang yang mereka inginkan, mereka harus berusaha lebih keras dalam menabung dan membeli barang tersebut dari hasil tabungannya. Dengan membuat tabungan di bank atas nama anak, mereka bisa mengerti menggunakan uang mereka dengan bijak. Mereka akan membeli barang, karena mereka memerlukannya bukan karena mereka ingin. Anda juga dapat memberikan anak yang masih sangat kecil sebuah rekening buatan dengan buku yang menyerupai buku tabungan. Bantu mereka menulis pemasukan dan pengeluaran mereka setiap minggu. Setiap kali mereka meminta barang, Anda dapat menguranginya dari buku tersebut. Ketika mereka tidak lagi memiliki uang di dalam ‘buku tabungannya’, mereka tidak akan merengek untuk meminta Anda membelikan barang keinginannya.

3. Ajak anak saat membayar tagihan Sesekali ajak anak-anak Anda membayar tagihan seperti listrik ataupun pajak. Dengan ini mereka pun akan mengerti sistem pembayaran di negara mereka.

4. Ikut sertakan mereka dalam rencana keluarga Dengan mengikutsertakan mereka dalam sebuah tujuan bersama, ikatan Anda dan keluarga akan lebih kuat. Contohnya, rencanakan sebuah liburan bersama di suatu tempat, ikut sertakan mereka dalam penyusunan rencana keuangan yang akan dihabiskan untuk rencana liburan. Cara ini dapat memberikan pengajaran bagi mereka terkait keungan dan menetapkan target. 5. Konsisten Ajarkan mereka untuk konsisten dengan pengaturan keuangan mereka. Jika perlu tetap periksa buku tabungan mereka dan tanyakan untuk keperluan apa saja mereka menghabiskan uangnya.

sumber : http://kosmo.vivanews.com/news/read/210757-mendidik-anak-tidak-boros

Kemandirian itu Penting Lho…

Mendidik kemandirian pada anak sejak usia dini, sangat penting. Kemandirian akan mendukung anak dalam belajar memahami pilihan perilaku beserta resiko yang harus dipertanggungjawabkan oleh anak. Semakin dikekang, anak akan semakin sulit untuk mengendalikan emosi, dengan kemungkinan perilaku yang akan muncul adalah perilaku memberontak atau justru, sangat tergantung pada orang lain (istilah umumnya adalah manja).

Namun, bagaimana sih sebenarnya langkah yang tepat dalam menanamkan kemandirian pada anak? Apakah dengan melepas begitu saja, mengatur dengan disiplin keras, atau mengarahkan secara positif?

Untuk itu, beberapa hal yang perlu dilakukan orang tua dalam mendukung pembentukan kemandirian anak:

1. Tentukanlah alokasi waktu yang disediakan orang tua untuk anak-anak mereka.

2. Jika ada orang lain yang terlibat dalam pengasuhan anak hendaknya dibicarakan apa yang akan dilatihkan pada anak agar terjadi konsistensi antara orang tua dan pengasuh yang ditunjuk oleh orang tua.

3. Agar kemandirian dapat terbentuk lebih efektif, tentukanlah reward bagi anak, namun jangan yang berlebihan sehingga anak kurang proses belajar dalam perolehan sesuatu.

4. Buatlah kesepakatan bersama antara ayah dan ibu mengenai kemandirian yang akan dilatihkan pada anak, agar anak tidak memanfaatkan keadaan yang lemah dan yang menguntungkan bagi anak.

5. Bila anak belum mencapai target kemandirian yang disepakati bersama, hendaknya orang tua dan pengasuh tidak bosan-bosannya untuk terus melatihkan dan membimbing anak agar berhasil. Kuncinya adalah disiplin dan konsisten dalam melakukannya.

6. Jika anak sudah mulai bertumbuh besar, buatlah daftar dan jadwal bersama dengan anak, harapannya adalah anak akan belajar untuk memahami apa yang harus dilakukan dan harus bagaimana ia bisa mencapainya.

Dengan demikian dapat disimpulkan mengenai kemandirian, bahwa kemandirian bukanlah keterampilan yang bisa terbentuk dengan cepat dan mudah namun keterampilan ini perlu diajarkan pada anak secara berulang-ulang sampai anak bisa memahaminya mengapa ia harus melakukannya.

Jika anak tidak dibimbing, diberitahu dan diajarkan, maka anak-anak tidak tahu bagaimana harus membantu dirinya sendiri. Kemampuan bantu diri inilah yang dimaksud dengan mandiri. Kemandirian juga dapat diasumsikan sebagai kemampuan dan keinginan untuk melakukan segala sesuatu sendiri. Misalnya makan, mandi, berpakaian, buang air kecil dan buang air besar sendiri. Namun perlu untuk diingat kemandirian dapat dicapai sesuai dengan tahapan perkembangan usia anak karena berkaitan dengan kematangan anak dalam melakukan keterampilan tersebut.

Selamat Mencoba…

Siti Marini Wulandari, M.Psi. Psi
Sumber : infoanak